Senin, 18 September 2017

Sejarah Kenteng



Pada jaman dahulu, saat jaman Kerajaan Budha di Indonesia, Desa Kenteng belum mempunyai nama, dan masih berupa hutan, pegunungan, dan masih jarang sekali ditinggali rumah-rumah. Wilayah Timur tepatnya dekat Sungai Serayu diberi nama dengan Grombol Geret oleh Kasepuhan Anggadiwirya. Wilayah Selatan dinamai Grombol Kopen oleh Kasepuhan Surabangsa dan Kyai Ahmadahlan. Wilayah Barat mulai ditinggali dan pernah diberi nama Grombol Kerajaan oleh Kasepuhan Kramadiwirya dan Kasepuhan Wiryadikrama yang merupakan Kasepuhan kakak-beradik. Wilayah Utara Kelurahan Kenteng dinamakan Grombol Dhukuh, oleh Kasepuhan Arjawinata. Berawal pada jaman saat masih banyak terjadi peperangan antar kerajaan, Kelurahan Kenteng kedatangan Senapati dari Kraton Surakarta-Solo sesaat memenangkan peperangan dari wilayah Surakarta sampai ke wilayah Banjarnegara. Senapati dan prajurit-prajuritnya menjelajah ke wilayah Banjarnegara menuju Kenteng yang pada saat itu juga masih memiliki nama sendiri-sendiri disetiap wilayahnya.
Senapati bersama prajurit-prajuritnya mengabadikan kemenangan atas peperangan tersebut dengan membawa sebuah batu yang memberi makna atas kemenangan Senapati beserta prajurit-prajuritnya. Batu tersebut diberi nama Batu Kenteng oleh Senapati yang pada akhirnya menjadi cikal bakal pemberian nama Kenteng. Kata tersebut diambil dari bahasa Sansekerta yang berarti & quot. Menjadi besar karena pengaruh sesuatu dan quot. Senopati mengambil nama tersebut dengan harapan supaya dimasa yang akan mendatang wilayah tersebut bisa menjadi wilayah yang besar dan menjadi wilayah yang diakui karena pengaruh dari masyarakat setempat. Senopati melakukan perkumpulan dengan Kasepuhan dan masyarakat yang pada saat itu masih berjumlah sangat sedikit, Dengan kesepakatan bersama akhirnya wilayah tersebut diberi nama “KENTENG” yang pada saat itu masih berupa Desa. Desa Kenteng masih terdiri dari 4 Grombol, yang kemudian menyatukan diri menjadi satu wilayah menjadi Desa Kenteng bersamaan dengan adanya Batu Kenteng yang dibawa oleh Senopati dan prajurit-prajuritnya. 
Dari waktu ke waktu perkembangan Desa Kenteng semakin pesat ditandai dengan banyaknya yang mulai bertempat tinggal di wilayah Desa Kenteng. Setelah 4 tahun menetap Senopati beserta prajurit-prajuritnya kembali ke Kraton Surakarta-Solo untuk mengemban tugas selanjutnya diwilayah Surakarta. Senopati dan masyarakat Kenteng dengan musyawarah bersama menunjuk Anggadiwirya sebagai Kepala Desa Kenteng. Anggadiwirya menjadi Kepala Desa Kenteng yang pertama. Masyarakat Kenteng mulai terbentuk, bangunan tempat tinggal semakin banyak, kegiatan ekonomi masyarakat pun mulai berjalan, dan pada tahun 2003 Desa Kenteng bukan lagi berupa Desa, namun beralih menjadi Kelurahan pada masa kepemimpinan Gunawan. Batu Kenteng sendiri sampai sekarang masih ada dan dirawat dengan baik, dan diletakan dibelakang Balai Kelurahan Kenteng. Namun kadang batu tersebut di pindah tempat oleh pawang/yang merawat batu tersebut dengan alasan tertentu. Batu tersebut tidak untuk disembah dan tidak untuk bertapa, namun untuk dirawat dengan baik agar sejarah Kelurahan Kenteng tidak hilang/ masih bisa diingat oleh masyarakat sekitar. Batu tersebut dari jaman dulu hingga sekarang sebagai simbol sejarah terbentuknya Kelurahan Kenteng.

2 komentar: