Pada jaman dahulu, saat jaman Kerajaan
Budha di Indonesia, Desa Kenteng belum mempunyai nama, dan masih berupa hutan,
pegunungan, dan masih jarang sekali ditinggali rumah-rumah. Wilayah Timur
tepatnya dekat Sungai Serayu diberi nama dengan Grombol Geret oleh Kasepuhan
Anggadiwirya. Wilayah Selatan dinamai Grombol Kopen oleh Kasepuhan Surabangsa
dan Kyai Ahmadahlan. Wilayah Barat mulai ditinggali dan pernah diberi nama
Grombol Kerajaan oleh Kasepuhan Kramadiwirya dan Kasepuhan Wiryadikrama yang
merupakan Kasepuhan kakak-beradik. Wilayah Utara Kelurahan Kenteng dinamakan
Grombol Dhukuh, oleh Kasepuhan Arjawinata. Berawal pada jaman saat masih banyak
terjadi peperangan antar kerajaan, Kelurahan Kenteng kedatangan Senapati dari
Kraton Surakarta-Solo sesaat memenangkan peperangan dari wilayah Surakarta
sampai ke wilayah Banjarnegara. Senapati dan prajurit-prajuritnya menjelajah ke
wilayah Banjarnegara menuju Kenteng yang pada saat itu juga masih memiliki nama
sendiri-sendiri disetiap wilayahnya.
Senapati bersama prajurit-prajuritnya
mengabadikan kemenangan atas peperangan tersebut dengan membawa sebuah batu
yang memberi makna atas kemenangan Senapati beserta prajurit-prajuritnya. Batu
tersebut diberi nama Batu Kenteng oleh Senapati yang pada akhirnya menjadi
cikal bakal pemberian nama Kenteng. Kata tersebut diambil dari bahasa Sansekerta
yang berarti & quot. Menjadi besar karena pengaruh sesuatu dan quot.
Senopati mengambil nama tersebut dengan harapan supaya dimasa yang akan
mendatang wilayah tersebut bisa menjadi wilayah yang besar dan menjadi wilayah
yang diakui karena pengaruh dari masyarakat setempat. Senopati melakukan
perkumpulan dengan Kasepuhan dan masyarakat yang pada saat itu masih berjumlah
sangat sedikit, Dengan kesepakatan bersama akhirnya wilayah tersebut diberi
nama “KENTENG” yang pada saat itu masih berupa Desa. Desa Kenteng masih
terdiri dari 4 Grombol, yang kemudian menyatukan diri menjadi satu wilayah
menjadi Desa Kenteng bersamaan dengan adanya Batu Kenteng yang dibawa oleh
Senopati dan prajurit-prajuritnya.
Dari waktu ke waktu perkembangan Desa Kenteng semakin
pesat ditandai dengan banyaknya yang mulai bertempat tinggal di wilayah Desa
Kenteng. Setelah 4 tahun menetap Senopati beserta prajurit-prajuritnya kembali
ke Kraton Surakarta-Solo untuk mengemban tugas selanjutnya diwilayah Surakarta.
Senopati dan masyarakat Kenteng dengan musyawarah bersama menunjuk Anggadiwirya
sebagai Kepala Desa Kenteng. Anggadiwirya menjadi Kepala Desa Kenteng yang
pertama. Masyarakat Kenteng mulai terbentuk, bangunan tempat tinggal semakin
banyak, kegiatan ekonomi masyarakat pun mulai berjalan, dan pada tahun 2003
Desa Kenteng bukan lagi berupa Desa, namun beralih menjadi Kelurahan pada masa
kepemimpinan Gunawan. Batu Kenteng sendiri
sampai sekarang masih ada dan dirawat dengan baik, dan diletakan dibelakang
Balai Kelurahan Kenteng. Namun kadang batu tersebut di pindah tempat oleh pawang/yang
merawat batu tersebut dengan alasan tertentu. Batu tersebut tidak untuk disembah
dan tidak untuk bertapa, namun untuk dirawat dengan baik agar sejarah Kelurahan
Kenteng tidak hilang/ masih bisa diingat oleh masyarakat sekitar. Batu tersebut
dari jaman dulu hingga sekarang sebagai simbol sejarah terbentuknya Kelurahan
Kenteng.
Kok beda y sama yang ada di foto y...
BalasHapusSama
BalasHapus